Beranda Berita Daerah Sorong Kota di Tanah Papua Rasa Jawa

Sorong Kota di Tanah Papua Rasa Jawa

Cintaku
Negeriku adalah semboyan Kota Sorong yang selaras dengan Persaudaraan Cinta
Tanah Air Indonesia. Sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang diprakarsai
oleh Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah.

 

Iklan Majalah Al Kautsar

DOMINE Eduard Osok adalah
nama seorang tokoh Papua yang diabadikan menjadi nama sebuah bandara di kota
Sorong. Meski bukan bandara internasional tetapi bandara ini cukup besar dengan
gedung 2 lantai yang berdiri megah diatasnya. Disambut dengan iklim cuaca
tropis khas Papua yang suhu rata rata 36°c, saya menginjakkan kaki untuk yang
pertama kalinya di tanah Papua .

  
Bertolak dari Surabaya menuju Sorong dengan pesawat Batik Air. Kami
rombongan berlima dari Demak, Kudus, Jombang bertujuan bekerja di PT. Misool
Eco Resort, sebuah konsorsium asing dengan Pemerintah Daerah setempat yang
mengelola pariwisata resort dan pulau-pulau di Kabupaten Raja Ampat. Setelah
melalui pemeriksaan X-Ray, kami keluar bandara, di pintu keluar banyak orang
menawarkan jasa ojek dan taxi sebagai alat transportasi.

  
Meski sudah tiba diatas tanah Papua, gambaran yang ada dibenak saya saat
di tanah Jawa tentang Papua belum terasa. Karena komunitas yang ada di bandara
masih didominasi orang-orang Jawa dan selebihnya orang-orang Bugis yang
fisiknya lebih mirip orang Jawa daripada orang Papua. Memang ada juga orang-orang
Papua dalam jumlah yang tidak sedikit tetapi itu belum mewakili kalau mereka
adalah tuan rumah .

  
Seorang dari kami berlima yang sudah pernah bekerja di Sorong mengajak
kami untuk naik taxi di luar bandara. Karena taxi bandara lebih mahal tarifnya.
Kami berjalan kaki keluar ke arah jalan raya. Setibanya di jalan raya, teman
kami tadi memanggil angkot yang lewat. Yang ternyata jika di Jawa kami menyebutnya
angkot, sedangkan di Kota Sorong mereka menyebutnya taxi. Saya sendiri hanya
bisa tersenyum mendengarnya.

 
 Dengan logat bicara khas Papua,
sopir menanyakan tujuan kami. Sepintas fisiknya terlihat orang Jawa tetapi
tampilan dengan rambut panjang bergelombang dicat warna pirang, tampilan khas
orang yang tinggal di Papua, baik orang perantauan maupun orang asli Papua
modern .

  
Tawar menawar harga disepakati. Kami menuju distrik Aimas ibukota
Kabupaten Sorong yang berjarak +_ 30 km dari kota Sorong dengan waktu tempuh +_
0,5 jam perjalanan.

Di sepanjang perjalanan terlihat
lalu lalang hilir mudik orang-orang yang sedang beraktifitas. Sebagian besar
adalah orang-orang perantauan dari pulau Jawa atau mereka anak-anak keturunan
orang Jawa yang mengikuti program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah
pusat di era tahun 80’an. Ruko-ruko berderet di kanan kiri, banyak warung makan
yang menawarkan menu masakan dari Jawa, jelas itu semua menggambarkan betapa
kentalnya suasana Jawa di kota Sorong.

 
 Memasuki wilayah distrik Aimas, perjalanan
disambut tanjakan bukit Pawbili. Dan di sebelah kiri bukit Pawbili dari arah
kota Sorong terdapat SPBU dan taxi berhenti sejenak untuk mengisi bbm. Lagi-lagi
suasana di tanah Jawa begitu terasa di SPBU, karena petugas dan antrian pembeli
bbm didominasi orang-orang Jawa. Hanya tampilan yang membedakan, dengan
dandanan rambut dicat pirang khas dandanan masyarakat Papua modern.

  
Usai pengisian bbm kami melanjutkan perjalanan dengan selepas bukit
Pawbili. Melewati turunan tajam, taxi langsung memasuki wilayah distrik Aimas.

Distrik Aimas adalah ibukota
Kabupaten Sorong. Dahulu lokasi ini adalah hutan belantara dan sekarang telah
menjelma menjadi ibukota Kabupaten Sorong yang indah dan nyaman karena hasil
dari program transmigrasi. Tidak mengherankan apabila suasana distrik Aimas
sangat terasa di Jawa karena di distrik Aimas tumplek blek orang Jawa
dan keturunannya sebagai mayoritas penduduk di distrik Aimas.

  
Tiba di sebuah rumah yang terletak di Cendrawasih Green Park Aimas I, kami
disambut tuan rumah yaitu Mochammad seorang kader Thoriqoh Shiddiqiyyah yang
berasal dari Demak Jawa Tengah yang sudah puluhan tahun merantau di Papua. Sambil
melepas lelah kami disambut dengan suka cita. Beliau bercerita kalau saat ini
sedang mempersiapkan penyambutan kunjungan rombongan dari Jombang: Kholifah
Tasrichul Adib Azis, Ketua Umum DPP ORSHID Ris Suyadi, Biro Kemakmuran Danudi
dan Bambang Budiarso yang diberi amanah oleh Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah
untuk tugas berkunjung ke Fakfak dan sekitarnya termasuk Sorong .

Ini adalah suatu hal yang tidak
terduga serta tidak ada dalam pikiran dan benak kami sewaktu akan berangkat ke
Papua dari tanah Jawa. Kota Sorong dan distrik Aimas Kabupaten Sorong adalah
wilayah provinsi Papua Barat. Dengan luas wilayah 99,071km2, jumlah penduduk 1,36jt
(data sensus 2015) populasi penduduk asli 58%, pendatang 42%, muslim 31%,
lainnya non muslim 69%. Provinsi ini mempunyai potensi yang luar biasa, baik
itu pertanian, perikanan, pertambangan, hasil hutan, maupun pariwisata. Satu
satunya industri adalah industri tenun ikat kain rumor yang dihasilkan di
Kabupaten Sorong Timur, sirup pala harum, wisata alam Taman Nasional Teluk
Cendrawasih. Provinsi adalah provinsi dengan otonomi khusus .

  
Beragam potensi  yang baik adalah
prospek untuk masa depan. Apalagi semboyan CINTAKU NEGERIKU, kota Sorong yang
selaras dengan Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia. Semoga keberadaan kami
bisa bermanfaat dan berpartisipasi sehingga pohon thoyyibah dapat tumbuh dan
berkembang dengan bijaksana di tanah Papua.*

 

 

Artikel kiriman dari
Bagus Indra

Sekretaris Wilayah
DPW ORSHID Papua Barat

 

Berita sebelumnyaSYAFAAT ROSULULLOH, SUKSES SANTUNAN NASIONAL
Berita selanjutnyaPenjelajahan Perdana ke Pulau Gili Ketapang