Beranda Kajian DOA TIDAK SEKEDAR MEMINTA

DOA TIDAK SEKEDAR MEMINTA

Berdoa tidak hanya sekedar
meminta sesuatu kepada Alloh. Bagi pandangan ahli tasawuf didalam doa juga
terkandung beberapa perilaku batin kepada Alloh Ta’ala.

Inilah yang terpenting dari
sebuah doa bukan doa itu sendiri, tapi suasana hati kita yang benar-benar
memurnikan tauhid. Seorang yang berdoa dengan baik adalah ia yang berhasil
menemukan posisi yang paling tepat bagi seorang hamba. Gumam mulut dalam berdoa
bukanlah hakikat dari doa itu sendiri, karena doa merupakan esensi jiwa yang
harus disampaikan dengan sepenuh kalbu. Esensi doa seperti inilah yang bisa
mewujud menjadi ‘jundulloh’. Sebaliknya, orang yang
tidak mau berdoa justru dia itu orang yang sombong, merasa mampu tanpa
pertolongan Alloh.

Iklan Majalah Al Kautsar

Dalam al-Qur’an kita
diperintah untuk berdoa: “Dan Tuhanmu berfirman:
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam
dalam keadaan hina dina
” (surat Al-Mu’min / ayat 60).

Pada saat berdoa janganlah
hanyut pada apa yang tidak diinginkan, atau hanyut pada apa yang ditakutkan,
tapi pusatkan perhatian pada apa yang kita inginkan. Rosulullah juga
bersabda: “Ad-du’au mukhkhul ‘ibadah, artinya: Doa itu
otaknya ibadah”.
 Mengapa disebut otaknya ibadah ? Karena otak
atau fikiran yang terfokus pada rohmatullah sangat mendukung hasil yang
positif. Jika kita memusatkan kerja otak pada apa yang kita harapkan, atas
pertolongan Alloh maka alam semesta akan membukakan jalan demi jalan menuju apa
yang kita harapkan tersebut, inilah yang dimaksud dengan“Ad-du’au mukhkhul ‘ibadah”. Dalam Hadits Qudsi: “Alloh seperti perasangka hamba-hambanya”, jika
seorang hamba meyakini bahwa doanya dikabulkan fainsyaAlloh doanya
dikabulkan, akan tetapi jika hamba meyakini bahwa doanya ditolak maka Alloh
akan bertindak seperti perasangka hamba tersebut. Jadi yakinlah dalam berdoa
dan jangan ragu-ragu. “Berdoalah kepada Alloh, dan
kamu yakin dikabulkan oleh Alloh” 
(surat Al-Mu’min / ayat 60).

Alloh selalu mengabulkan
doa setiap manusia yang ada didalam hatinya, bukan hanya yang terucap oleh
lisannya saja. Jika ada konflik antara lisan dan hati, maka yang ‘menang’
adalah yang ada di hati. Sebagai contoh jika seorang yang miskin berdoa meminta
agar menjadi kaya, secara lisan ia memohon agar menjadi kaya tetapi dalam
hatinya ia tidak yakin bisa menjadi kaya, maka hasilnya adalah ia akan selalu
miskin.

Kajian ilmu metafisika

Pada dasarnya alam semesta
ini menyimpan energi yang positif, dan untuk menghimpun energi positif harus
kita tarik dengan energi yang positif pula. Yakni perasaan yang positif dan
pikiran yang positif bahwa seluruh apa yang ada di sekeliling kita adalah
Rohmatulloh: “Dan rohmat Ku meliputi segala sesuatu
(surat al A’rof / ayat 156). Sehingga kesuksesan akan lebih mudah dicapai oleh
orang-orang yang menyebarkan sinyal positif, sebagaimana tersebut dalam
al-Qur’an: “Sesungguhnya rohmat Alloh itu dekat kepada
orang-orang yang positif” 
(surat Al-A’rof / ayat 56).

al-Qur’an telah
menerangkan, “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, pasti Aku ijabahi
doamu” 
(surat Al-Mu’min / ayat 60). Ayat ini menerangkan
tentang keyakinan dalam berdoa. Keyakinan adalah kunci dari sebuah doa, juga
kunci dari segala kesuksesan. Setiap orang yang sukses di dunia ini pasti
diawali dengan sebuah keyakinan sehingga mereka lebih optimis dan termotivasi
dalam bekerja. Jika kita telah meyakini sesuatu hal, pasti kita akan mendukung
keyakinan tersebut, dan jika keyakinan kita itu benar terjadi, keyakinan kita
akan semakin kuat.

Mengapa yakin itu menjadi
kunci ? secara ilmiah ternyata semua benda itu 99,9 persen merupakan cahaya
stabil yang memadat pada titik nol. Cahaya tersebut memiliki energi yang
bergetar atau yang disebut ‘frekuensi’. Inilah kunci untuk mencapai apapun yang
kita inginkan. Kita adalah sebuah medan energi yang beroperasi di medan energi
yang lebih besar, dan energi yang kita butuhkan ada di Medan Titik Nol di
sekeliling kita saat ini juga. Fisika kuantum mengatakan kepada kita bahwa
segala sesuatu datang dari medan titik nol. Satu-satunya perbedaan antara tubuh
kita dengan benda, uang, rumah, orang, dan sebagainya adalah frekuensi
getarannya. Jadi kuncinya adalah: Jika kita ingin menarik hasil
baru dibidang apapun, Anda adalah hasil baru tersebut!
, yang harus
kita lakukan adalah bertindak menjadi selaras atau harmonis dengannya, atau
menyamakan frekuensi.

Disamping menyelaraskan
frekuensi, dibutuhkan pula keikhlasan karena ikhlas itu mampu menjadikan semua
getaran negatif yang menghambat doa kita dapat terkikis. Ketika kita ikhlas
maka alam vibrasi melalui mekanisme kuantum akan berkolaborasi membantu mewujudkan
niat-niat kita. Hal ini sesuai dengan kenyataan pada level kuantum membuktikan
bahwa “semakin dalam, semakin halus, maka semakin dahsyat”.
Analoginya dalam fisika kuantum ialah: bahwa energi nuklir yang berjuta-juta
kali lebih halus itu ternyata lebih powerfull dari
pada energi kimia. Fikiran lebih halus dari otot maka energi fikiran lebih kuat
dari energi otot. Sehingga energi ikhlas yang sangat halus yang berada di hati
terdalam pun akan lebih dahsyat dari pada energi emosi atau energi fikiran. Maka
doa dan perilaku yang didasari ikhlas akan memunculkan kekuatan yang dahsyat.

Satu hal lagi, doa itu
identik dengan keajaiban. Menurut logika keajaiban itu bertentangan dengan
hukum alam, tetapi menurut pandangan spiritual bahwa keajaiban itu tidak bertentangan
dengan hukum alam. Mengapa demikian ? Karena ‘kesadaran hati’ (sesuatu yang
tidak tampak) adalah yang menggerakkan fikiran (sesuatu yang tidak tampak),
lalu fikiran (sesuatu yang tidak tampak) adalah yang menciptakan karya (sesuatu
yang tampak). Sesuatu yang tampak seperti gedung pencakar langit, pesawat
terbang, itu diciptakan oleh sesuatu yang tidak tampak yaitu fikiran, dan
fikiran digerakkan oleh kesadaran batin yang tidak tampak juga oleh panca
indera. Jadi ‘sesuatu yang tidak tampak’ adalah penyebab dari munculnya
‘sesuatu yang tampak’. Oleh sebab itu maka “keajaiban bukanlah sesuatu yang
bertentangan dengan hukum alam, tetapi sesuatu yang bertentangan dengan
pemahaman kita tentang hukum alam itu sendiri”.

Ini disebabkan karena cara
berpikir dan cara bekerja manusia terbiasa dalam lingkup ruang dan waktu,
padahal kenyataannya perasaan dan pikiran manusia tidak terbatas hanya pada
ruang dan waktu saja. Luasnya rasa batin manusia melampaui luasnya fikiran, dan
luasnya fikiran melampaui luasnya alam semesta, atau dengan kata lain: luasnya
‘sesuatu yang tidak tampak’ melampaui luasnya ‘sesuatu yang tampak’.

Dan jika ‘sesuatu yang
tidak tampak’ ini digerakkan oleh rasa yang ikhlas dan yakin dalam berdoa,
merasakan HadirNya dan DekatNya, menginsafi kefakiran dan kelemahan kita,
mengharap Berkat RohmatNya, dan bukan sekedar ‘meminta’ tapi mencurahkan gelora
cinta pada kekasihnya, niscaya ini akan “jundulloh atau
tentaranya Alloh” yang akan memunculkan keajaiban-keajaiban dan mengambil-alih
permasalahan dan kesulitan kita.*

 

Berita selanjutnyaKetua Munas sambangi Alkautsar