Hongkong
Banyak tantangan dalam mengembangkan ajaran Shiddiqiyyah di Hongkong.
Namun, aktifis Shiddiqiyyah yang mayoritas wanita memiliki semangat
perjuangan yang tak pernah
padam.
ORGANISASI Shiddiqiyyah
di Hongkong menyimpan keunikan.
Aktifisnya didominasi wanita.
Maklum, mayoritas anggota adalah Tenaga Kerja Wanita (TKW). Meski jumlah
warga masih sedikit, tapi semangat mereka patut diacungi jempol. Mereka militan dalam berjuang Shiddiqiyyah.
Semenjak dibentuknya Orshid, juga kunjungan Kholifah Dasa’ad Gustaman
di Hongkong, jumlah warga Shiddiqiyyah meningkat. “Alhamdulillah kami semakin giat dan semoga kami
selalu istiqomah,” kata Murtipah, Ketua DPW Orshid perwakilan
Hongkong.
Ada sekitar 15 warga Shiddiqiyyah
yang aktif dalam kegiatan kautsaran bersama setiap pekan. Untuk mengikuti kegiatan di pusat, kata Murtipah, warga Shiddiqiyyah Hongkong berkomunikasi dengan
pengurus pusat via WhatsApp.
“Kita komunikasinya sama Bu Sekjen
Ummul Choironi.
Dimasukkan dalam Grup
WA. Bahkan sekarang banyak yang masukkan saya ke grup Orshid. Sampai ada 5 grup. Jadi dari situ kita
ikuti perkembangan dari pusat,” ungkap Murtipah.
Sri Ikawati, sekretaris DPD Orshid Hongkong mengaku perjuangan
warga Shiddiqiyyah di
Hongkong sungguh tak mudah. Mengingat warga Shiddiqiyyah Hongkong yang notabene
semuanya adalah pekerja TKW. Banyak
aturan yang harus diikuti dan begitu
ketat. Apalagi untuk segala sesuatu yang
berbau Islam.
Akhir-akhir ini, banyak ustad yang ke Hongkong terkena deportasi. Pelaksanaan kautsaran pun diadakan
di taman. Jika pelaksanaan kautsaran
di masjid atau gedung, mereka harus menyewa terlebih dahulu. Sewanya juga tidak murah.
Singkat cerita, untuk pemasangan
banner lambang Shiddiqiyyah pun mereka tidak diperbolehkan. “Kami pernah memasang banner Shiddiqiyyah saat Bapak Kholifah Dasa’ad
Gustaman ke sini, kami harus
berurusan dengan pihak kepolisian Hongkong,” ungkap Eka sapaan akrab Sri
Ikawati.
Semua hal yang berbau organisasi di Hongkong diharuskan untuk
mendaftar ke pihak KJRI Hongkong. Jika tidak mendaftar, kegiatan tak bisa berjalan, apalagi sudah
berbentuk organisasi.
Sebulan yang lalu, Orshid Hongkong dikabari pihak KJRI
Hongkong untuk segera mengurus
administrasi pendirian organisasi di Hongkong.
DPW Orshid Hongkong telah memperoleh surat dari DPP Orshid pusat untuk pendaftaran ke pihak KJRI Hongkong. Selanjutnya, kegiatan organisasi di Hongkong juga diawasi
intelijen Hongkong. Sebab,
pemerintah sangat berhati-hati dan selalu mewaspadai aktifitas organisasi, apakah berbau teroris atau membahayakan pemerintahan Hongkong.
“Mungkin bukan hanya kegiatan kami, semua kegiatan yang ada di Hongkong
yang berbau organisasi terus diawasi. Bahkan pihak intelejen Hongkong sudah
mengantongi sekitar 45 TKI yang ada di Hongkong yang diduga masuk dalam
perangkap teroris,” ungkap Eka.
Murtipah meminta warga Shiddiqiyyah perwakilan
Hongkong dapat melaksanakan semua program-program Sang Guru. Mereka juga berharap
suatu saat dapat memiliki gedung Jaami’atul Mudzakkirin.
“Beginilah jalani hidup di negeri orang. Yang tidak mau amalan
yang lain, kalau bukan dari Shiddiqiyyah. Harapan kita punya gedung JM dan bisa
membawa rakyat Hongkong bisa masuk Shiddiqiyyah,” pungkasnya.*