Merah putih memiliki makna
yang luas dan dalam. Bahkan Sang Mursyid menyebut bendera Nabi Muhammad juga
Sang merah dan putih.
Mendung diangkasa seperti
hendak jatuh, pagi itu petugas penyambutan rombongan agung kunjungan kerja Sang
Mursyid Shiddiqiyyah segera menyiapkan payung, tetapi mendung tetap di atas
hanya rintik-rintik lembut menyambut. Rabu 26 R. Akhir 1437 (03/02/2016) lalu
di Jaami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatulloh Mungkid, Magelang, Jawa Tengah.
Dalam rangkaian kunjungan kerja Almukarrom Syech Muchtarulloh Almujtaba beserta
keluarga, kholifathus Shiddiqiyyah dan jajaran tinggi pengurus organisasi di
lingkungan Shiddiqiyyah berangkat pada Selasa 22 R. Akhir 1437 (02/02/2016) dan
kembali ke pusat Jombang pada Sabtu 26 R. Akhir 1437 (06/02/2016).
Tampak mendampingi
Almukarromah Nyai Shofwatul Ummah, Almukarromah Nyai Endang Yuniati, Kholifah
Tasrichul Adib Aziz, Kholifah Munirul Muchtar, Kholifah M. Chamim, Kholifah
Abdul Malik, Kholifah Syarief Yusuf dan Kholifah… Jajaran pengurus organisasi
tingkat pusat Ir. Edi Setiawan, Ummul Choironi, Ir. Setyo Purnomo, Jolik (DPP
Orshid), Achmad Fathoni, Dhiya’ul Muttaqin (DPP Opshid), Ir. Ramu Surahman
(YPS), Drs. Fathurrohman (Dhibra Pusat), Dra. Fatwahariwati (JKPHS Pusat)
beserta pengurus DPW dan DPD Jawa Tengah.
Sesampainya di lokasi,
Almukarrom Syech Muchtarulloh Almujtaba langsung naik ke gedung yang merupakan
bangunan paling mulia bagi Shiddiqiyyah ini. Masuk dari tangga sebelah utara
lalu belok ke kiri dan masuk ke lantai dua di tangga sebelah timur. Sebelum
masuk ke dalam gedung sempat berhenti sejenak. “Beliau menunjuk lokasi tanah
untuk perluasan Jaami’atul,” terang Kholifah Chamim kepada Alkautsar di lokasi
pembangunan.
Pada kunjungan kali ini
Sang Mursyid tidak memberikan mauidhotul hasanah. Saat singgah beberapa lama di
dalam gedung kemudian kholifah Munirul Muchtar menyampaikan beberapa hal
terkait perkembangan pembangunan. “Bapak Kholifah Munirul Muchtar menyampaikan
contoh dan mohon petunjuk soal penambahan (ornament) plavon, pagar rolling,
tangga (pegangan),” kata Wit tim pembangunan. Kemudian kunjungan kerja beliau
dilanjutkan di Purwokerto.
Keberadaan Gedung
Jaami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatulloh dipinggar jalur utama Borobudur jalan
Mugkid, Magelang yang tampak indah dan menonjol ini bagi Kholifah Chamim
termasuk jawaban dengan fakta. Terkait putusan Kongres Alim Ulama’ Ahli
Thoriqoh Indonesia (Jatmi) 23 Oktober 1957 di Pesantren Tegal Rejo Magelang. 43
thoriqoh dianggap muktabarok, Shiddiqiyyah ghoiru muktabarok. “Ini fakta
bicara. Dahulu ditempat ini organisasi Jamiyyah Ahli Thoriqoh memutuskan
thoriqoh Shiddiqiyyah tidak muktabarok,” tegasnya.
Jaami’atul Mudzakkirin
Purwokerto
Kunjugan kerja Sang Mursyid
tiba di Jaami’atul Mudzakkirin Purwokerto sekitar pukul 3 sore. Ketua Panitia
pembangunan, Annas langsung menyambut dan mendampingi rombongan. Ditempat
inilah Almukarrom Syech Muchtarulloh Almujtaba memberikan mauidhotul hasanah.
Sang Mursyid menyampaikan tentang kewajiban berbakti kepada kedua orang tua dan
juga kepada Sang Merah Putih yang di belakangya adalah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Sebagai pembuka, Sang
Mursyid mengingatkan thoriqoh Shiddiqiyyah ini mempunyai pintu gerbang. Setiap
orang yang akan masuk thoriqoh Shiddiqiyyah harus melalui pintu gerbang yaitu 8
kesanggupan. Nomer tiga dari delapan kesanggupan itu adalah sanggup bakti
kepada kedua orang tua. Sang Mursyid mengingatkan bahwa manusia datang ke dunia
ini melalui pintu gerbang kedua orang tua.
Seluruh manusia sebelum
lahir ke dunia berada dalam kandungan orang tua (ibu) umumnya selama sembilan
bulan. Selama dalam kandungan itu makan dari sari-sari darah sang ibu yang
berwarna merah. Dan setelah lahir, mengkonsumsi air susu ibu yang warnanya
putih. Jadilah merah putih. Bayi yang juga lahir melalui perjuangan ibu yang
tumpah darah merah dan putih.
Begitupula dalam sejarah
Rasulullah, ketika perang khandaq di Madinah. Waktu itu sebuah batu yang besar
dipecah oleh Rasululloh dengan membaca Bismillahi Allohu Akbar dan
pecah sepertiga lalu keluar sinar merah. Kemudian dipukul lagi keluar sinar
putih. “Makanya bendera nabi kita Muhammad adalah merah putih,” tegas Sang
Mursyid.
Almukarrom Syech
Muchtarulloh Almujtaba kemudian mengingatkan agar kita bersyukur kepada Alloh
Ta’ala bahwa bendera negara kita Indonesia juga merah putih, Sang Merah Putih.
“ Kita wajib bersyukur negara kita menggunakan benderanya Rasululloh. Kita
tidak perlu khawatir kalau ada pendapat yang mengatakan menghormati bendera itu
syirik, karena mereka tidak mengenal nilai-nilai yang terkandung didalamnya”.