Beranda Berita Pusat Santunan Nasional Fakta Bicara Gerakan Syukur

Santunan Nasional Fakta Bicara Gerakan Syukur

Oplus_131072

PLOSO – Santunan Nasional ke-20 warga Thoriqoh Shiddiqiyyah kali ini dipusatkan di Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah, (17 Robi’ul Awwal / 21 September). Diadakan serentak secara nasional, dilaporkan kegiatan santunan di hari pertama telah disalurkan dana senilai Rp 2,93 miliar. Angka ini akan terus bertambah sesuai update yang dikirimkan oleh pengurus organisasi di daerah ke organisasi Dhilaal Berkat Rohmat Alloh (DHIBRA) Shiddiqiyyah pusat. DHIBRA adalah organisasi di Shiddiqiyyah yang berfokus pada kegiatan sosial kemanusiaan.

Kegiatan Santunan Nasional ke-20 merupakan bagian dari fakta bicara gerakan syukur warga Shiddiqiyyah. Syukur atas kelahiran Nabi Muhammad, sekaligus mensyukuri berdirinya DHIBRA ke-24.

Iklan Majalah Al Kautsar

Dalam kesempatan ini, sang Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, Syekh Mohammad Muchtarullohil Mujtaba Mu’thi menyampaikan tentang hakikat ibadah syukur.

“Syukur itu hakikatnya diorganisasi melalui tiga hal. Karena itu saya membuat semua organisasi di Shiddiqiyyah sebagai organisasi syukur,” dhawuh Sang Mursyid mengutip karya Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid IV.

“Monumen negara ada lima yakni Tugu Monas, Tugu Pahlawan, Masjid Istiqlal, Masjid Syuhada, TMP Kusuma Bangsa seluruh Indonesia. Monumen ini juga sebagai bentuk syukur atas jerih payah para pahlawan perjuangan Indonesia. Agar generasi penerus memiliki kebanggaan nasional dan rasa cinta tanah air Indonesia,” lanjut sang Mursyid.

Rasa syukur juga penting dilakukan atas kemerdekaan Bangsa indonesia. Sebab kemerdekaan bukan sebuah hadiah, tapi memerlukan perjuangan dan merupakan nikmat dari Alloh.

“Kemerdekaan bangsa Indonesia dari 434 tahun dari cengkraman penjajah dianggap hal mustahil secara akal pikir. Tapi Atas Berkat Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa hal itu dapat terjadi. Maka perlu disyukuri agar tidak lupa atas nikmat yang telah diterima,” pesan sang Mursyid.

Sang Mursyid Shiddiqiyyah juga berpesan bahwa Santunan Nasional menjadi bagian dari pendidikan cinta tanah air.

“Santunan nasional ini bagian dari rasa syukur yang dipersembahkan kepada masyarakat baik beda agama maupun suku. Inilah pendidikan Shiddiqiyyah. Dengan bersyukur, kita tidak menjadi kufur. Semua harus bergotong-royong, walaupun setetes air ikutlah membangun negara,”

“Semoga kita selamat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia selamat an mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW,” Sang Mursyid menutup mauidhoh.

Hadir dalam acara ini sejumlah khoifah Shiddiqiyyah, Wali Talkin Shiddiqiyyah dan pengurus organisasi di lingkungan Shiddiqiyyah. Diatas panggung beberapa santri THGB juga diberi kesempatan unjuk tampil menyanyikan lagu Syukur dan lagu Merdeka. (*) salam

 

Berita sebelumnyaBuku “17 Agustus 1945 Negara Belum Ada” Akan ‘Dibedah’. Silahkan Hadir Gratis
Berita selanjutnyaHadirkan Sejarawan Nasional Setujui Soekarno Lahir di Ploso Jombang