Beranda Kajian Wasilah Sentral Kebaikan

Wasilah Sentral Kebaikan

…Kutipan…

Sebesar – besarnya wasilah untuk mencapai Taqwalloh adalah yaitu wasilah yang telah dipergunakan oleh
AllOh Ta’ala, siapa itu? Nabi Besar Muhammad SA  (Syech Muchtarulloh Al Mujtabaa (Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah)

Untuk menuju kepada sesuatu, itu pasti ada jalan dan wasilahnya. Begitu pula kebaikan, hanya ada satu wasilah untuk bisa menuju sentralnya.

Iklan Majalah Al Kautsar

TAQWA. Ajakan bertaqwa kepada Alloh Ta’ala banyak diutarakan dalam ayat-ayat Al– Qur’an. Bahwa,
t
ingkat ketaqwaan sungguh membedakan derajat manusia di hadapan Alloh. Taqwa juga sentral dari kebaikan di seluruh
dunia. Sedangkan hawa adalah sentral keburukan dari seluruh dunia.  “Jadi taqwa itu ibarat Ka’bah, sehingga semua kebaikan thawaf
di sekitarnya taqwa. Begitu pula hawa, seperti satu titik dan sekitarnya thawaf semua kejahatan.

 

Demikian Sang Mursyid mengawali pitutur luhurnya dalam acara Santunan Nasional ke-XII dalam rangka Tasyakuran Maulidin Nabi Muhammad dan ulang tahun Dhilaal Berkat Rohmat Alloh Shiddiqiyyah (Dhibra) yang ke-17, di Ballrom Yusro Hotel Yusro Jombang 17 R Awwal 1439 H (6/12/17).

 

Sang Mursyid menyampaikan, kalau manusia mengikuti taqwa maka dunia ini seakan – akan menjadi taman surga. Namun, jika manusia ini mengikuti hawa maka dunia ini seakan – akan adalah jurang neraka.

 

Bagaimana kita menuju taqwalloh? Sang Mursyid menjelasaskan memang tidak mudah menuju kepada taqwalloh, harus ada wasilah atau perantara. Sebesar – besarnya wasilah untuk mencapai Taqwalloh adalah yaitu wasilah yang telah dipergunakan oleh Alloh Ta’ala, siapa itu? Nabi Besar Muhammad SAW,ungkap Syech Muchtarulloh Al Mujtabaa. Karena perantara Rosululloh, kita tahu mana larangan – larangan Alloh dan mana perintah –
perintah Alloh. Pintu gerbangnya melalui Nabi Muhammad SAW. Begitu pula kita kembali. Kalau ingin taqwalloh harus washilah

 

Nabi Muhammad SAW. Tanpa wasilah kepada Nabi Muhammad kita tidak bisa sampai kepada taqwalloh.

Sang Guru juga menjelaskan, jika ada orang yang berkata bahwa untuk menuju jalan taqwalloh itu tidak usah
memakai wasilah, itu salah besar.

 

Walaupun memakai dalil bahwa Alloh itu lebih dekat dengan urat leher. Maka tidak perlu memakai perantara
karena sudah dekat.  “Itu namanya faham kebendaan dan itu musyrik. Jadi diibaratkan kalau dekatnya Alloh kepada kita itu seperti dekatnya benda satu dengan benda yang lain,terang  Kyai Muchtar Mu’thi.

 

Jadi untuk menuju jalan taqwalloh kita harus mengikuti Rosululloh, seperti halnya mengagungkan hari kelahiran Rosululloh adalah salah satu jalan
menuju taqwalloh. Seperti hadist yang dikutip oleh Sang Guru. “Man adhomaa maulidi kuntu tsabi’annahu yaumal kiyamah. Barang siapa yang mengagungkan hari lahirku maka akulah yang memberikan syafaat kepadanya saat hari kiamat,nukil Sang Kyai. Hadist itu berbanding lurus dengan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim. Pada suatu saat ada seseorang yang tanya kepada Rosul, keterangan dari sahabat Abi Dzar tersebut dalam kitab hadist Muslim. Ditanya Rosululloh tentang puasa hari Senin, Rosul menjawab, pada hari Senin itu saya dilahirkan, pada hari Isnen itu saya diangkat menjadi Nabi dan pada hari itu Alqur’an diturunkan.

 

“Coba bayangkan kalau di hari itu Nabi Muhammad tidak dilahirkan? Kan tidak ada Nabi Muhammad dan Alqur’an tidak akan turun. Kalau Alqur’an tidak turun, tidak akan adaAgama Islam seperti ini, tidak akan ada umat Islam yang miliaran orang begini. Tidak akan ada masjid-masjid, pesantren-pesantren kalau Nabi Agung itu tidak dilahirkan. Maka jawabannya yang pertama adalah saya dilahirkan pada hari itu,terang Syech
Muctarulloh Al – Mujtabaa. Menurut Mursyid, itulahMwasilah yang agung, wasilatul udzmah, yakni lahirnya Nabi Agung Muhammad SAW.

 

Jadi kita ini wajib, bukan sunnah mengagungkan lahirnya Nabi terbesar Rohmatan lil alamin. Dan kitaNmengagungkan Nabi Muhammad itu adalah realisasi kecintaan kita kepada Rosululloh. Diterangkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin jilid 4, lanjut Sang Mursyid, ada seseorang datang ke Rosululloh dan bertanya
kepada beliau. Ya Rosululloh kapan hari kiamat datang? jawab Rosululloh, apa persiapanmu menghadapi kiamat? Jawaban orang itu, kiamat Nsaya hadapi bukan karena banyaknya sholat dan puasa tapi saya hadapi dengan cinta saya kepada Alloh dan Rosululloh. Setelah orang itu menjawab seperti itu, Rosul pun menjawab: Seorang itu akan beserta dengan apa yang dicintainya,” kisah Sang Mursyid.

 

Dalam akhir pitutur luhurnya Sang Mursyid memberikan Nadzom syair kepada para peserta yang hadir. Nadzom tersebut adalah ciptaan dari Syech
Zainudin yang dinukil dari kitab Hidayatul Azkiya Ila Thoriqil Auliya’. Begini Nadzomnya, Taqwalillahi Madaaru kulli sa’aadatin – Wa Tibaa’u Ahwaa Ro’su Syarri Habaa – ila. Idz Laa Daliila ‘Alath Thoriiqi Ilal Ilah – Illa Mutaaba’atar Rosuulil Mukmilaa. Fi  Haalihi Wa Fi’aalihi Wa Maqoolihi – Fatatabbi’anna Wa Taabian Laa Ta’dilaa.

 

Artinya:”Bertaqwa kepada Alloh adalah pangkal segala kebahagiaan, sedangkan mengikuti kehendak hawa adalah pangkal kejahatan. Ingatlah, tidak ada petunjuk untuk berjalan menuju Alloh, melainkan hanya dengan mengikuti Rosul yang sempurna. Baik dalam hal, tindakannya dan ucapanya, maka benar – benar ikutilah beliau dan jangan sampai menyimpang.Pesan Sang Mursyid agar Nadzom ini sering dilafalkan sebagai pengingat. Agar kita tidak melenceng dari jalan taqwalloh karena sekarang banyak orang yang mengatasnamakan agama untuk berbuat yang tidak diperintahkan agama.

 

Berita sebelumnyaSang Mursyid: Soekarno Lahir di Ploso Jombang Wilayah Surabaya
Berita selanjutnyaMusyawarah Besar Santunan Nasional