Manunggalnya keimanan, kemanusiaam dan cinta
adalah tiga rahasia kesuksesan perjuangan Indonesia. Tanpa tiga hal itu sia-sia.
GELEGAR suara halilintar terdengar hingga ruangan gedung
pertemuan Krisna Bollroom Java Heritage Hotel Purwokerto Jawa Tengah. Malam itu,
diiringi hujan gerimis, berlangsung pembekalan pertama kalinya dari Dewan Pemrakarsa Organisasi
Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia Yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan
Kemanusiaan.
Sekitar 350 pengurus dari tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten, kota se-Indonesia
mengikuti pembekalan khusus ini. Tampak dua tokoh agama Romo Salam Rahardjo
dari pemuka agama selaku Hindu dan Wisnu Sugiman dari agama Katolik selaku
Dewan Pemrakarsa PCTA Indonesia mendampingi Almukarrom Syech Muchtarulloh Al
Mujtaba saat pembekalan.
Romo Wisnu Sugiman duduk di samping kanan dan Romo Salam Rahardjo duduk di samping
kiri.
Pembekalan yang diberikan oleh Almukarrom Syech
Muchtarulloh Al Mujtabaa itu berjudul
Sudatu. "SUDATU".
“Sudah menjadi satu. Apa yang menjadi satu? SU:
Sumber aspirasi Organisasi PCTA
Indonesia, DA:
Dasar Organisasi PCTA Indonesia, TU:
Tujuan Organisasi PCTA Indonesia," buka Almukarrom di awal pembekalan.
Soal aspirasi diterangkan ada tiga sumber. Pertama,
aspirasi dari Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia Burung Garuda
Pancasila. Aspirasi kedua semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
tiga kalimat Bhinneka Tunggal Ika. Dan aspirasi ketiga dari sabda Rosul Cinta
Tanah Air Iman.
Pembekalan
diiringi gemuruh halilintar. Sesekali, kilat yang
menyambar tampak di sela-sela
dinding kaca gedung. Kilatan
halilintar bak jilatan nur hikmah yang diberikan
Syech Muchtarulloh Al Mujtaba, hingga
menembus dinding jiwa
para pengurus. Gemuruhnya laksana getaran dari pesan-pesan
penting yang membangunkan jiwa yang tidur. Turunnya
hujan dari langit ibarat air berkah yang menghidupkan dari untaian-untaian kata
yang menghidupkan jiwa yang sudah memiliki benih-benih cinta tanah air.
Sentuhan, getaran demi bangun dan hidupnya jiwa-jiwa
pengurus organisasi Yang Dijiwai Manunggalnya Keimanam dan Kemanusiaan ini
menurut sang Pemrakarsa organisasi ini amat penting. Sebab jika jiwa-jiwa
pengurus tidak bangun, tidak hidup, maka adanya sama dengan tiadanya. Sebab Syech
Muchtarulloh menggambarkan, jiwa pengurus itu ibarat garuda yang harus terbang
tinggi dengan membawa amanat Bhinneka Tunggal Ika.
"Jangankan sampai tertidur, ngantuk saja
bisa berbahanya. Bhinneka Tunggal Ika yang
dicengkeram bisa lepas," ingat sang Pemrakarsa sungguh-sungguh.
Harapan Syech Muchtarulloh Al Mujtabaa pada
organisasi kebangsaan yang didirikan bersama tokoh agama Hindu, Budha, Kristen
juga Konghucu ini tidak hanya besar tapi juga panjang dan abadi. Ada tiga hal
pokok. Pertama, demi lestarinya cinta Tanah Air Indonesia, kedua, demi
lestarinya cinta terhadap Bangsa Indonesia dan ketiga demi lestarinya cinta
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Cinta menjadi inti pokok dalam visi misi organisasi
ini. Cinta yang harus ditanamkan dari generasi ke generasi selanjang zaman
tidak boleh putus dan padam. Tanpa cinta, semua bisa menjadi petaka. Iman tanpa
cinta akan menjadi iman yang tak berdaya, tak akan mampu menghadapi berbagai
ujian. Baik ujian yang menyenangkan maupun ujian yang menyedihkan. "Kalau
iman tidak kuat kena kritik sedikit saja, bisa mutung," ingat
Almukarrom.
Masih terkait pentingnya cinta, menurut Sang Mursyid, persaudaraan tanpa dilandasi cinta tidak akan menjadi persaudaraan yang
harmonis. Sejarah telah mencatat bagaimana perang saudara bisa terjadi karena tidak
ada cinta. Perang saudara antara Hindu dan Budha yang memakan banyak korban,
perang saudara antar Kristen Katholik dan Kristen Protestan, perang saudara
antara Islam Sunni dan Syi’ah, perang saudara sesama suku, sesama bangsa.
Semua bisa terjadi karena melupakan dan
meninggalkan cinta. Untuk itulah Sang Mursyid betul-betul berharap agar
Organisasi Persaudaraan Cinta Tanah Air Yang
Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan ini bisa menjadi contoh
organisasi yang bisa menumbuhkan dan mewariskan cinta secara abadi. Karena itu
pulalah beliau memilih Kota Purwokerto sebagai tempat dilaksanaakannya ulang
tahun. Nampaknya menyimpan harapan aman dan sejahtera yang abadi.
"Purwo itu awal. Kerto itu sejahtera,"
tegas Sang Mursyid.
Rangkaian HUT PCTA Indonesia Ke-8 berlangsung
sukses dan meriah. Selain acara seremonial yang juga diselingi dengan pagelaran
budaya, pembekalan dan Rapimnas. Ada juga acara bakti sosial, donor darah dan
lain-lain.
"Hubbul Wathon Minal Iman. Yang pertama
adalah cinta, kemudian tanah air dan iman," tegas Sang Mursyid.*
Kushartono