Beranda Berita Daerah Jika Tidak Diuji, Apa yang Diperjuangkan?

Jika Tidak Diuji, Apa yang Diperjuangkan?

Kutipan:

Iklan Majalah Al Kautsar

 

“Jadi
gembira ujian, susah ujian, hidup ujian, mati ujian
. Itu dalam Al-Qur’an. Alloh Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an: Wabalaunaahum bilhasanaati wa sayyiat. Kami
menguji mereka
dengan ujian
yang diharap-harapkan dan Saya uji dengan ujian yang menyedihkan
.

 

         
Syech
Muchtarullah Al-Mujtabaa – Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah

 

Jalan terjal menuju lokasi calon JM Banyuwangi itu diibaratkan perjuangan
untuk menaklukkan kesulitan hidup.

 

TIDAK mudah
untuk mencapai tanah yang hendak dibangun
gedung Jaami’atul Mudzakkirin Banyuwangi
tersebut. Jalan yang
terjal.
Mendaki
bukit yang
kemiringannya
hampir 75 derajat. Peserta
dan rombongan harus menitihnya dengan hati-hati.

Dengan ditandu, Sang
Mursyid beserta Ibu Nyai Shofwatul Ummah akhirnya tiba di lokasi
tanah Jaami’atul Mudzakkirin yang terletak
di atas bukit Gunung
Gumitir, Kalibaru Banyuwangi, pada
Rabu siang 21 J. Awwal 1439 H
(7/02/18).

Perjalanan menuju lokasi
lahan calon JM Banyuwangi ini diibaratkan
perjuangan di jalan Laa
illaha illalloh
. Terjal. Penuh ujian dan hambatan. Hal ini disinggung oleh Sang Mursyid dalam mauidhoh hasanah beliau.

Mulanya, Sang Mursyid
justru berkisah tentang
Kabupaten Jombang. Ada dua versi penamaan Jombang. Pertama, karena Sunan Bonang menemukan pohon yang daunnya sebelah berwarna hijau dan sebelahnya
lagi berwarna merah atau abang. Dari
situ Sunan berpesan agar daerah itu nanti dinamakan Jombang.

Versi kedua, menceritakan
pasukan Demak yang dibantu
oleh pasukan ibunya Raden Patah yang Indo – China untuk menghadapi pasukan dari
Kediri, demi baktinya Raden
Patah kepada ayahnya Raden Brawijaya. Di situ
dua pasukan Raden Patah ditandai dengan 2 pita. Pasukan dari Demak ditandai dengan pita hijau. Sedangkan, pasukan dari Indo – China ditandai
dengan pita merah.

“Berangkat dari Demak kemudian istirahat di tempat yang namanya
Tunggorono. tunggo itu Tunggu rono itu Perang. Setelah itu, tempat tunggu yang dinamakan
Tunggorono itu akhirnya dinamakan Jombang karena tentaranya yang dari Demak itu
ada yang memakai pita hijau, ada yang memakai pita merah jadi Jombang Ijo-Abang,tutur Sang
Mursyid.

Dari sinilah, Sang Mursyid membahas tentang keberanian
menghadapi kesulitan dan tantangan hidup. Hijau, kata
Sang Mursyid, lambang kehidupan,
sedangkan merah lambang keberanian. Jadi, harus berani
menghadapi tantangan hidup. Berani
menghadapi cobaan hidup. Sebab
tiap-tiap perjuangan itu mesti ada tantangan, mesti ada kesulitan. Kalau tidak
ada kesulitan merjuangi opo?,lanjut Sang Guru.

Kesulitan itu pasti ada, kalau memang tidak ada harusnya yang lepas
dari kesulitan itu adalah para Nabi dan Rasul, karena mereka adalah kekasih
dari Yang Maha Esa. Sebab, dahsyat-dahsyatnya usia yang berat
itu para Nabi – Nabi. Ujian dan kesulitan itu datang hilir mudik dan silih berganti. Ujian datang dari berbagai hal. Ada ujian
yang menyenangkan, ada juga ujian
yang menyedihkan.

“Jadi gembira ujian, susah ujian, hidup ujian, mati ujian. Itu dalam Al-Qur’an. Alloh Ta’ala
berfirman dalam Al-Qur’an: Wabalaunaahum bilhasanaati
wa sayyiat.
Kami menguji mereka dengan
ujian yang diharap-harapkan dan Saya uji dengan ujian yang menyedihkan,

ungkap beliau.

Namun kebanyakan manusia pasti memilih ujian yang menyenangkan
dibanding dengan ujian yang menyedihkan. “Banyak uang..ujian, ujian sekolah dan lulus..ujian, kenaikan
pangkat..ujian, pilihan terpilih..ujian. Sehat..ujian, sakit..ujian, sama –
sama ujiannya, namun banyak yang memilih ujian sehat,papar Sang Mursyid sembari
tersenyum.

Dengan adanya ujian, harkat
dan martabat manusia akan naik. Manusia bisa
lebih maju juga dikarenakan
adanya ujian hidup. Ujian itu, lanjut Sang Mursyid, untuk meningkatkan martabat. Ujian itu untuk memajukan. Coba alam ini kalau tidak ada
ujian ndak ada kemajuan di alam ini.
Bagaimana sulitnya membuat pesawat terbang, bagaimana membuat mesin jahit,ungkap Sang Mursyid Syech Muchtarulloh Al Mujtabaa.

Bahkan logam mulia seperti emas juga harus melalui ujian jika mau berubah menjadi perhiasan yang
sedap dipandang mata. Emas harus ditempa agar menjadi pershiasan.

Karena itu, Sang Mursyid meminta warga Shiddiqiyyah agar
mem
ohon kepada Alloh supaya diberi kemampuan menghadapi kesulitan. Bukannya mohon dihindari dari
kesulitan. Sebab, manusia
diuji, hayawan diuji, materi juga diuji, semua melalui ujian. Tanpa ujian tidak ada kemajuan tidak
ada ketingkatan,tegas Kyai Moch. Muchtar Mu’thi.

“Banyuwangi. Banyu itu
juga kehidupan. Tapi kalau mau ujian Insya Alloh akan jadi
hidup-kehidupan yang harum, wangi kan harum, harum maknawi. Jadi semuanya itu musti melalui ujian- ujian,lanjut Sang Mursyid sembari tersenyum.*

 

 

Berita sebelumnyaTanbih Keras Sang Mursyid pada Malam Haul, Awas Ada Kholifah yang Murtad
Berita selanjutnyaPencabutan Status Dewan Penasehat Orshid