Beranda Daerah Ngawi diantara 12 Berlian Maknawi

Ngawi diantara 12 Berlian Maknawi

 Bermula dari mimpi bertemu Bupati Ngawi pertama, Sang Mursyid mengunjungi
ke kota yang berbatasan dengan Jawa Tengah itu. Dalam kunjungan tersebut,
beliau menemukan 12 berlian maknawi.

 

Iklan Majalah Al Kautsar

SANG Mursyid Muchtarullah
Al-Mujtabaa melansir
ayat Al-Qur’an yang tercantum  dalam surat Al – Qashash, yang bunyinya: Warabbuka yakhluqu maa yasyaau wayakhtaaru
maa kaana lahumu alkhiyaratu subhaana allaahi wata’aalaa ‘ammaa yusyrikuuna
.

Artinya : “Dan Tuhanmu
Muhammad menciptakan sesuatu yang dikehendaki dan Tuhanmu memilih tidak ada
bagi mereka pilihan, dari segala sesuatu yang kamu musyrikan.

Menurut Mursyid, satu
ayat itu mengandung rahasia sejak Nabi lahir sampai wafat.

Alloh Ta’ala memilih kelahiran Nabi Muhammad lahir di bulan R. Awwal. Untuk itu saya memilih di bulan R.
Awwal ini saya berkunjung di kabupaten Ngawi,” kata Mursyid, dalam mauidhotul hasanahnya di acara Kunjungan
Ibadah S3nya, di Jaami’atul
Mudzakkirin Ngawi, Selasa 23 R Awwal 1439 H (12/12/17).

Mursyid juga memilih
keberangkatan ke Ngawi, pada hari Senin. Hari yang sama dengan
kelahiran
Nabi Muhammad. Jadi setelah saya itung-itung sejak
keberangkatan saya kesini (Ngawi).
Saya telah menemukan sedikitnya 12 berlian maknawi,” kata beliau

Namun, beliau menyebut sejumlah
berlian maknawi tersebut. Sebagian yang beliau ungkap adalah
12 berlian
maknawi itu tersimpan dalam
nama-nama. Pertama adalah bulannya
R. Awwal. Harinya, hari Isnen. Lalu, nama kendaraan yang mengangkut
rombongan ini namanya Bis Jaami’atul Mudzakkirin Yarju Rahmatalloh Hubbul
Wathon Minal Iman. “Lalu yang
kami tuju adalah Kabupaten
Ngawi. Kemudian saya di sini bermalam di Hotel Sukowati, itupun
berlian maknawi. Setelah itu
saya diajak mengunjungi ulama tasawuf Kyai Nur Salim. Itupun namanya mengandung
berlian maknawi. Kemudian saya saksikan langsung ada benteng pendem, itupun
mengandung makna yang mendalam,”
papar Mursyid
.

Mursyid diajak dan disopiri oleh Pak Pur. Menurut
beliau, nama Pak Pur pun mengandung berlian maknawi. Kemudian, beliau juga menemukan batik yang lama tidak beliau temui, batik kembang Wijaya Kusuma.

Beliau juga merasa bahagia
dengan 
disambut dengan
semangatnya warga Shiddiqiyyah saya. Seharusnya sudah letih dan payah. Tapi yang mengobati saya dan yang
menggembirakan saya adalah semangatnya warga, rukun dan kompak. Semnagat
shodaqoh tidak semangat pelit. Hati saya dan semangat saya terobati. Masa’
saya yang sudah 90 tahun saja masih semangat masak yang masih muda males?” tutur beliau.

Kota Ngawi sudah terbersit
dalam benak Mursyi
d. Jika
selama ini hanya melintas, saat berkeliling,
ternyata kota Ngawi itu
besar. Karena di dalam Al-Qur’an kata Awa, Awi itu artinya
perlindungan atau pertolongan. Mungkin oleh lidah Jawa waktu dahulu itu A itu
jadi Nga. Terbukti, sejak
dahulu Ngawi ini merupakan benteng
perlindungan pangan Jawa Timur.

Dan mudah-mudahan
dari namanya saja semoga menjadi benteng ahklakul karimah, benteng moral yang
sekarang sudah banyak rusak, bentengnya shodaqoh dan pelopornya orang-orang yang
demarwan,” ujar beliau.

Ihwal kepergian ke Ngawi, Sang
Mursyid mengisahkan telah bermimpi.
Ada
tamu yang diantar
oleh Bung Karno Presiden
pertama. Orang dalam mimpi Mursyid yang mengaku Bupati Ngawi itu menyerahkan
dua lembar peta aset Jawa
Timur. Dalam mimpi Sang Mursyid, Bupati tersebut menyampaikan, aset-aset Jawa Timur
ada di peta-peta tersebut dan ini cukup untuk Jawa Timur.

”Saya tidak memikirkan
atau angen-angen masalah Ngawi. Tapi kok
saya mimpi Bupati Ngawi. Akhirnya mimpi saya itu mimpi Shodiq bukan mimpi
kadzib. Mimpi kadzib itu mimpi dusta, kalau shodiq itu mimpi yang benar,” papar Sang Mursyid.

Setelah itu, Sang Mursyid 
menyuruh orang menemui Pak Pur dan beliau berkunjung ke Ngawi. Bahkan, beliau bermalam di Ngawi. ”Dan, Alhamdulillah banyak
berlian-berlian maknawi yang saya temukan disini. Sampai batik saja saya temukan disini. Gedung
Istianah itu kan luasnya 1 Ha dan dipagar tembok keliling dengan relief bunga
Wijaya Kusuma. Kan cocok itu. Padahal saya sudah lama mencari batik itu dan ketemu di Ngawi,” kata beliau.

Sang Mursyid memohon
kepada warga Thoriqoh Shiddiqiyyah tetap semangat, tetap kompak dan mudah-mudahan
hatinya itu selamat.

Beliau mengaku kaget di Ngawi ada makamnya Kyai Nur
Salim dan Benteng Pendem. Beliau kontak
Fatihah tiga kali. Alhamdulillah sambung, kalau yang kontak
Fatihah hatinya ya sambung tapi kalau mulutnya ya tidak sambung. Kan yang dikontak itu rohaninya bukan jasmaninya. Yang dikontak itu
yang hidup dan yang hidup itu rohani. Kalau yang dikontak hanya dengan mulut
saja kan mulut jasmani dan jasmaninya yang dikontak juga sudah mati.

Beliau meminta warga jika kesempatan, datang ke makam Kyai Nur Salim dan kirim Fatihah setidaknya tiga kali. Hikmahnya besar, keimanannya juga kuat. Iman kalau kuat itu namanya
yakin, meningkat lagi namanya ainul yaqin,
meningkat lagi namanya haqul yakin.
Keimananya Kyai Nur Salim ini sudah sampai kepada Yaqin. Makanya ditenggalamkan muncul dan ditendang tidak tumbang.
Istilahnya itu dibedil gak tedas.
Jadi kalau imannya sudah kuat itu jadi digdaya. Disuap tidak apa-apa itu
namanya digdaya.

Sholatnya mempeng tapi korupsi. Itu tidak digdaya
namanya. Kena tembak uang jebol. Kalau digdayanya jasmani untuk apa? Wong nanti
juga kalau sudah waktunya ya tetap membusuk. Jadi yang dikatan sakti mondroguno gak tedas tapak palu pande
landepe kikir
. Itu kalau imannya tidak jebol dengan berbagai macam cobaan.
Jadi digdaya itu masalah iman. Beliau
berharap dengan
sungguh – sungguh, hatinya warga Shiddiqiyyah khususnya
Ngawi menjadi Qolbun Salimun itu yang
saya harapkan.

Dalam mauidhoh tersebut,
beliau juga menyampaikan
wirid khusus. Kalau malam Jum’at baca surat Yasin tiga kali. Setelah
selesai membaca surat Yasin,
bacalah hati surat Yasin sampai 25
kali. Yakni ‘Salamun qoulamirrobirohim.
Setelah 25 kali diakhiri Allohummaj’alni
qolbun salimun
. Tapi khusus malam Jum’at saja.

Sebab hati itu kalau tidak menjadi Qolbun
Salimun
akan menjadi Qolbun Marudun
hati yang sakit. Fii qulubihim marodun.
Bahaya-bahaya dunia itu adalah hati yang sakit. Hati sakit itu sama dengan
hatinya setan. Bagaimana iblis hatinya sakit dengan Nabi Adam. Jadi kalau hati
kita tidak menjadi Qolbun salimun
semuanya akan menjadi sia-sia dan fatamorgana. Baik sholatnya, dzikirnya,
ngajinya, umrohnya, hajinya dan puasanya semua akan musnah, kalau hati kita
tidak selamat.

Masuk Nominasi JM Yarju

DALAM lawatan Ibadah S3 Sang Guru, di salah satu kabupaten
disebelah Barat Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Ngawi. Syech Muctarulloh
Al-Mujtabaa Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah memasukkan nama Jaami’atul
Mudzakkirin Ngawi Sebagai salah satu nominasi Jaami’atul Mudzakkirin Yarju
Rahmatalloh.

Selasa 23 R. Awwal 1439 H (12/12/17). Tepatnya di Jaami’atul
Mudzakkirin Ngawi Sang Guru dalam Mauidhotul Hasanahnya di acara Kunjungan
Ibadah S3nya menyampaikan hal tersebut. “mMudah – mudahan harapan saya
Jaami’atul Mudzakkirin ini menjadi Jaami’atul Mudzakkirin Yarju Rahmatalloh.
Tadi saya lihat kok sudah ada kolamnya. Ini bisa masuk nominasi Yarju.” Ungkap
Sang Guru.

Hal tersebut disambut antusias dan gembira oleh warga Toriqoh
Shiddiqiyyah di Ngawi. Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto ketua DPD Orshid
Ngawi. “Sesuai dawuh Beliau harus kompak dan semangat, sebenarnya warga kaget dan
juga terharu, menjadi tanggung jawab besar kalau jadi Yarju, tapi dengan ridlo
Sang Guru pasti akan banyak jalan untuk mewujudkannya.” Ungkap Ketua DPD Ngawi
tersebut.

Dalam kunjungan Ibadah S3 tersebut Sang Guru juga memberikan dana dari
warga Shiddiqiyyah yang terkumpul di Rekening Jaami’atul Mudzakkirin sebesar 25
juta. Menurut keterangangan Gus Pur sapaan akrab Purwanto, dana tersebut
rencananya akan dilelang dengan menggati dengan shodaqoh setiap 100 ribunya
bershodaqoh 500 ribu.

Sehari sebelum acara kunjungan ibadah S3 tersebut Sang Guru yang sudah
datang sejak senin siang sudah diajak oleh Purwanto keliling Kota Ngawi serta
mengunjungi salah satu makam dari prajurit Diponegoro Yaitu Kyai Muhammad
Nursalim yang ada di area Benteng Van Den Bocsh atau masyarakat disana
menamakan benteng pendem. Disana Sang Guru dan para rombongan mengirimkan doa
kepada Sang Pahlawan yang juga seorang ulama tersebut.*

Berita sebelumnyaSang Mursyid: Soekarno Lahir di Ploso Jombang Wilayah Surabaya
Berita selanjutnyaMusyawarah Besar Santunan Nasional