Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat dari Allah, warga Shiddiqiyyah menggelar tasyakuran Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam kalender Hijriyah di Pesantren Majma’al Bahrain, 9 – 11 Syahru Ramadhan 1443 H / 10 – 12 April 2022 M.
WARGA Shiddiqiyyah dibimbing Sang Mursyid Bapak Kyai Mochammad Muchtar Mu’thi bagaimana cara bersyukur atas nikmat Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan Berdirinya NKRI yang diberikan oleh Alloh Ta’ala.
Tak hanya mensyukuri nikmat kemerdekaan saat kalender Masehi tiap 17 Agustus, namun juga kalender Hijriyah: Indonesia merdeka pada 9 Ramadhan 1364. Warga Shiddiqiyyah mewujudkan rasa syukur dalam bentuk berbagai program.
“Maka kami sebagai umat Islam juga ingin cara mensyukurinya dalam kalender Hijriyyah di bulan Romadlon dengan mengadakan do’a, santunan, buka bersama. Kalau kalender Masehi setiap bulan Agustus, membangun ratusan rumah layak huni yang dibangun di seluruh Indonesia,” tutur Ibu Nyai Almukarromah Shofwatul Ummah selaku Ketua Umum Dhibra Pusat dalam seremonial tasyakuran di teras nDalem sang Mursyid, Selasa 11 Syahru Romadlon 1443 H / 12 April 2022 M.
Dalam rangka mensyukuri 2 nikmat tersebut, menurut Ibu Nyai Shofwatul Ummah, motivasi utama terselenggaranya program Shiddiqiyyah adalah kaya kesadaran, bukan kaya harta. Sebab, Sang Mursyid selalu mengingatkan supaya berbagi kepada sesama saudara sebangsa, setanah air. Pesan Mursyid ini ditangkap dengan baik oleh pengurus organisasi di lingkungan Shiddiqiyyah.
“Di balik banyaknya program Shiddiqiyyah, ada pengurus yang mengurusi secara berorganisasi dan terorganisir bersama warga untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan yang baik. Jadi siapapun yang menjadi pengurus di Shiddiqiyyah, menurut kami harus bersyukur kepada Alloh. Karena sudah diberi peluang untuk mengambil barokahnya dalam perjuangan fisabilillah,” ungkap Bu Nyai Shof.
Tasyakuran Berlangsung 3 Hari
Tasyakuran Nikmat Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan Berdirinya Negara Kesatuan Reprublik Indonesia digelar selama tiga hari. Ahad, Senin dan Selasa, 9 – 11 Syahru Romadlon 1443 H / 10 – 12 April 2022 M di halaman nDalem Mursyid.
Serangkaian acara itu berlangsung hikmat. Dihadiri oleh bapak-bapak kholifah Shiddiqiyyah, Wali Talqin, jajaran pengurus organisasi dilingkungan Shiddiqiyyah, serta warga Shiddiqiyyah dari Jombang dan beberapa daerah lainnya.
Hari pertama dan kedua (Ahad dan Senini) melaksanakan Do’a Sujud Syukur yang dimulai setelah sholat Terawih. Kemudian pukul 21.30 malam, dilanjut Seremonial acara kemerdekaan di teras nDalem sang Mursyid.
Adapun, susunan acaranya dari do’a pembuka, pembacaan ayat suci A-Qur’an, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya 3 stanza, melantunkan syair-syair Shiddiqiyyah, sambutan, shodaqoh spontanitas, mauidhoh hasanah dan do’a.
Dalam sambutan mewakili Organisasi Shiddiqiyyah, Edi Setiawan mengatakan, selain organisasi-organisasi di Shiddiqiyyah, tidak ada yang mensyukuri kemerdekaan bangsa Indonesia dan berdirinya NKRI dalam tanggal Hijriyyah.
“Ini sudah jelas dan bukti nyata, dengan bimbingan Bapak Kyai, Sang Mursyid, kita menunjukkan cinta dan kasih sayang terhadap Bangsa dan Negara Indonesia. Apalagi, disertai dengan santunan, pembangunan Rumah Layak Huni kepada ratusan bahkan ribuan saudara setanah air yang ekonominya kurang mampu,” terangnya.
Malam Lailatul Qodar bagi Indonesia
Sebagaimana diterangkan oleh sang Mursyid pada pengajian tahun lalu, tanggal 9 Syahru Ramadhan merupakan malam Lailatul Qodar bagi bangsa Indonesia.
Dalam tasyakurran, warga Shiddiqiyyah memadati halaman luar nDalem dan berjejeran kepanitian acara ini dari mahasiswa-mahasiswi IMQ, dengan memakai seragam merah putih.
Kemudian, acara dilanjutkan shodaqoh spontanitas yang dipimpin oleh Ibu Nyai Shofwatul Ummah didampingi perwakilan pengurus organisasi-organisasi di Shiddiqiyyah. Shodaqoh tersebut malam itu mendapat Rp35 juta, diperuntukkan kegiatan di pesantren.
Selepas itu, Kholifah Shiddiqiyyah Bapak Mochammad Muchyiddin menyampaikan proses bertaqwa ialah dengan sholat. Baik wajib maupun sunnah dan ditambah pelajaran thoriqoh dan hasilnya proses itu berupa bersyukur dan kasih sayang.
“Saya sendiri jika ikut pengajian Bapak Kyai selalu berkeinginan bisa menjadi orang yang sebenar-benarnya taqwa, dalam Al-Qur’an surat At-Tholaq ayat 2-3. Shiddiqiyyah itu kaya-kaya kalau dalam urusan bersyukur dan kasih sayang,” tutur kholifah yang akrab disapa Pak Din ini.
Jadi, menurut Kholifah Pak Din, kalau sudah bersyukur dan kasih sayang ditandai dengan mentaati segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Menurut beliau, melalui syukur kepada manusia, berbangsa-bangsa, bersuku-suku, bermacam agama saling hormat-menghormati, tolong-menolong, kasih-mengkasihi antar umat satu dengan yang lain.
“Kalau beribadah, lakum diinukum wa liyadin. Juga wajib bersyukur kepada alam, yang menjadi tempat kita berpijak. Itulah syukurnya murid-murid Shiddiqiyyah yang dididik oleh Bapak Kyai Moch. Muchtar Mu’thi,” terangnya.
“Dari bangun tidur saja, itu merupakan rezeki yang terduga. Rosululloh bersada alchamdulillahil ladzi achyaa na ba’dama amatana wa ilaihin nusyur. Kalau sudah bisa merasakan, itu sudah rezeki yang tak terduga. Bisa bangun pagi dengan bersyukur kepada Alloh, maka kita bisa melakukan bermacam-macam kerjaan, bisa berjalan, masih bisa bertemu dengan keluarga, saudara, teman,” ujar beliau.
Sehingga menurut Kholifah Pak Din, rasa bersyukur, berserah diri kepada Alloh, hidup akan dipondasi, dibentengi oleh laa ilaha illalloh. Wal hasil, hidup beserta mati hanya untuk laa ilaha illalloh. “Mudah-mudahan warga Thoriqoh Shiddiqiyyah seluruh Indonesia dan di luar negeri menjadi orang-orang yang taqwa kepada Alloh. Urusan Alloh jangan takut kepada manusia, urusan manusia takutlah kepada Alloh,” tutur kholifah asal Malang ini.* rm