Beranda Kajian SANG MURSYID SAFARI BERJALAN KAKI

SANG MURSYID SAFARI BERJALAN KAKI

Dahulu saat masih muda Sang Mursyid mengadakan
safari dengan berjalan kaki. Menempuh jarak
ribuan kilo meter dan waktu berbulan-bulan.

BILA kita
bercermin dari sejarah, perjalanan besar Thoriqoh Shiddiqiyyah wabil khusus
terkiat Pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah tidak bisa lepas dengan adanya
safari. Berdirinya dan munculnya ide tentang nama Pesantren Majmaal Bahrain
Shiddiqiyyah diperoleh dalam perjalanan safari. Begitu pula soal penyusunan Doa
Kautsaran dan juga pengembalian nama
Thoriqoh Shiddiqiyyah juga tidak lepas dengan perjalanan safari.

Iklan Majalah Al Kautsar

Beberapa
kali Almukarrom Syech Muchtarulloh Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah mengadakan
safari, seperti Safari Hubbul Wathon Minal Iman atau Safari Tiga Ibadah (S3)
Shilatur Rahmi, Santunan dan Shodaqoh beberapa waktu lalu. Berdasarkan data
yang diperoleh Al-Kautsar Dhibra, pertama kali Sang Mursyid mengadakan
perjalanan safari adalah tahun 1951, kala beliau masih muda dengan usia 23
tahun.

Sang
pemuda mulia itu mengadakan safari dengan berjalan kaki menempuh jarak sekitar
1.200 kilo meter di sekeliling tanah Jawa. Beliau terdorong oleh oleh ayat
Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menjanjikan berkah mulia, jiwa sehat yang sehat
dan rizqi ilmu bagi siapa saja yang mau safari. Hanya berbekal satu tas ransel
di pundak yang berisi tiga kitab dan beberapa baju, sang pemuda mulia itu
melangkahkan kaki menuju makam-makam Waliyulloh di Pulau Jawa.

Perjalanan
safari dengan berjalan kaki itu ditempuh selama sekitar enam bulan. Dalam
perjalanan panjang itu sang pemuda terus membaca surat Al-Qur’an surat Al-Kahfi
sebagaimana diperintahkan dalam hadits tentang musafir. Pada ayat no 60 di
surat Al Kahfi, tiba-tiba jiwa sang pemuda itu bergetar hebat, seakan ada
cahaya masuk ke dalam jiwanya sampai menggetarkan relung sukma. Disitulah masuk
ilham ruhi dan lantas timbul azam yang kuat; “Seandainya setelah nanti
saya pulang, Alloh mengizinkan mendirikan sebuah pesantren, maka pesantren itu
akan saya namakan Pesantren Majma’al Bahrain.”

Kisah
ini hanyalah sebagian kecil arti penting dan hikmah safari dalam perjalanan
sejarah Thoriqoh Shiddiqiyyah.***

Berita sebelumnyaTanbih Keras Sang Mursyid pada Malam Haul, Awas Ada Kholifah yang Murtad
Berita selanjutnyaPencabutan Status Dewan Penasehat Orshid